Ketika hari berganti, bola putih kemerahan yang kita sebut sebagai matahari akan terbit. Kemudian memberi jalan munculnya cahaya keemasan seiring datangnya hari dan muncul kembali saat matahari terbenam di sore hari. Apakah matahari berubah warna? Berikut penjelasannya.
Cahaya dari matahari terdiri dari tiga macam radiasi, yaitu sinar ultraviolet, sinar tampak dan sinar inframerah. Tidak seperti sinar tampak, sinar ultraviolet dan sinar inframerah tidak bisa dilihat oleh mata telanjang.
Sinar cahaya yang terlihat adalah berwarna putih dan terdiri dari tujuh warna, yaitu ungu, nila, biru, hijau, kuning, oranye dan merah (dikenal sebagai VIBGYOR).
Partikel debu, gas dan udara bumi kemudian menyebarkan cahaya matahari ke arah yang berbeda. Cahaya ungu memiliki ciri yang aneh karena yang paling banyak tersebar. Sedangkan warna merah adalah yang paling sedikit tersebar.
Saat matahari terbit, bumi berputar kearah sinar matahari. Begitu pula saat matahari terbenam, bumi berputar menjauhi sinar matahari. Selama masa-masa ini sinar matahari harus melewati suatu sudut dan dengan demikian akan melalui jarak yang lebih jauh melalui atmosfer. Ini akan lebih banyak melalui hambatan di jalannya. Sebagian besar warna, seperti hijau dan ungu akan berserakan sebelum cahaya mencapai bumi. Karena warna merah paling sedikit terpencar, warna inilah yang kita lihat saat mencapai kita.
Pada siang hari, matahari langsung di atas kepala dan tampak putih. Hal ini karena sinar matahari hanya menempuh jarak lebih dekat untuk melewati atmosfer dan hanya melewati rintangan yang lebih sedikit. Oleh karena itu, ia lolos dari banyak hamburan cahaya.
Sebenarnya, kalau kita menghitung jarak sinar matahari harus melalui bagian yang lebih padat dari atmosfer (kira-kira sekitar 150 km) ke titik manapun di bumi, kita akan menemukan bahwa perjalanan sinar ini hampir 50 kali lebih jauh saat matahari terbit dan terbenam.
Sumber: Pitara
Komentar