Menonton sinetron saat ini masih menjadi aktivitas yang amat menyenangkan bagi banyak remaja bahkan ibu rumah tangga Indonesia.

Tidak dapat dipungkiri, menonton sinetron sudah menjadi aktivitas favorit dan kebiasaan banyak orang untuk melepas lelah setelah beraktivitas seharian.

KPI melaporkan bahwa remaja Indonesia saat ini menempati urutan teratas dalam perihal menonton siaran televisi terlama di antara semua negara ASEAN.

Remaja Indonesia rata-rata menonton televisi hingga lebih dari 5 jam setiap hari, sementara remaja negara ASEAN yang lain hanya menghabiskan waktu di depan televisi, 2 sampai 3 jam per hari.

Untuk alur dan adegan dalam sinetron dalam negeri ini sendiri sempat menimbulkan kontra dari banyak masyarakat.

Banyak yang menilai tayangan sinetron dalam negeri malah memuat hal-hal yang tak pantas untuk ditayangkan, misalnya adegan ciuman, kata-kata kasar dan unsur lainnya.

Sinetron dalam negeri juga jarang bercerita mengenai  kerja keras, perjuangan, kesetiakawanan, etos belajar, toleransi, maupun nilai-nilai positif kehidupan sehari-hari dan malah seringkali bercerita mengenai kekerasan, skandal, perselingkuhan, perebutan harta warisan, kekuasaan, bahkan rebutan pacar.


Dampaknya, penonton sinetron yang dibuat rugi karena hanya memperoleh hiburan semata, tanpa mendapatkan pesan moral atau motivasi di dalamnya. Prihatinnya lagi, penonton dengan tipe seperti ini malah menjadi mayoritas sekarang ini.

Siapkah kita menjadi penonton yang cerdas? Mengapa? Sebagai manusia yang berakal, kita dapat membedakan informasi mana yang berguna, dan mana yang tidak bagi kita. Oleh karena itu kita sebaiknya mulai memilah mana tayangan yang baik dan akan bermanfaat bagi kita kelak, dan mulai meninggalkan tayangan yang kurang bermutu karena hanya akan menghabiskan waktu kita secara sia-sia.